DESI ANGGARA 14117964
Peradaban islam pada masa
Nabi Muhammad
A. Riwayat Hidup Nabi Muhammad
SAW
Dalam beberapa pendapat disebutkan Nabi
Muhammad lahir di Mekah pada hari senin 12 Robiul Awal 571 Masehi dan
bertepatan dengan tahun Gajah yaitu (50 hari setelah penyerangan pasukan Gajah
dari Yaman). Nabi lahir di bagian Selatan Jazirah Arab, suatu tempat yang
ketika itu merupakkan tempat terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan,
seni maupun ilmu pengetahuan. Dalam sejarah disebutkan bayi ini akan merubah
peradaban besar bagi sejarah peradaban manusia.
Beliau terlahir dari seorang ayah yang bernama Abdulloh bin
Abdull Mutolib dan dari seorang wanita mulia yang bernama Aminah binti Wahab,
ayah beliau meninggal pada saat beliau berumur 7 bulan dalam kandungan ibunya
pada saat perjalanan dagang di Madinah yang ketika itu bernama Yasrib. Pada
usia 2 tahun Muhammad didatangi oleh dua malaikat yang muncul sebagai lelaki
yang berpakaian putih. Mereka bertangung jawab untuk membedah Muhammad. Pada
ketika itu, Halimah dan suaminya tidak menyadari hal tersebut. Hanya anak
mereka yang sebaya menyaksikan kedatangan kedua malaikat tersebut lalu
mengabarkaan kepada Halimah. Halimah lantas memeriksa keadaan Muhammad, namun
tak ada tanda-tanda keanehan yang ditemuinya.[1]
Pada saat umur 8 tahun beliau telah menjadi yatim piatu, dan
beliau diasuh olek kakek dan pamannya, Abdul Mutolib dan Abu Thalib. Pada umur
12 tahun Nabi Muhammad sudah mengenal perdagangan, sebab pada saat itu beliau
telah diajak berdagang oleh paman beliau yaitu Abu Thalib ke negeri Syam kabar
tentang kejujuran dan siifatnya yang dapat dipercaya menyebar luas dengan
cepat, membuatnya banyak dipercaya sebagai agen penjual perantara barang
dagangan penduduk Mekah. Pada suatu hari saat Nabi Muhammad diajak berdagang
oleh pamannya beliau bertemu dengan seorang pendeta Nasrani yaitu Buhaira yang
melihat tanda-tanda kenabian Muhammad.[2]
Ia tinggal di kota Bushra, Selatan Syam (Syiriah), beliau telah
melihat tanda—tanda kenabian pada diri Muhammad, kemudian beliau
menasehati Abu Thalib supaya tidak pergi
jauh karena dikhawatirkan orang-orang Yahudi akan menyakiti Nabi Muhammad
seandainya diketahui tanda-tanda tersebut. Saat Nabi Muhammad beranjak dewasa
telah menarik perhatian seorang yang mendengar tentang adanya seorang anak muda
yang bersifat jujur dan dapat dipercaya (al-amin) dalam berdagang, ia adalah
seorang janda yang bernama Khadijah. Beliau seorang yang mempunyai status
tinggi dikalangan suku Arab. Seiring berjalannya waktu beliau menjadi jatuh hati pada Khadijah, inilah
perjalanan cinta suci sepanjang sejarah, dan beliau menikah pada umur 25 tahun
sedangkan pada saat itu Khadijah berumur 40 tahun, perbedaan umur yang teramat
jauh serta status janda yang dimiliki Khadijah tidak menjadi halangan bagi
mereka walaupun pada saat itu suku Qurais memiliki budaya yang lebih menekankan
kepada perkawinan dengan seorang gadis
ketimbang janda.
Ketika Muhammad berusia 35 tahun, bersama kaum Qurais, beliau
ikut dalam perbaikan Ka’bah. Pada saat pemimpin-pemimpin suku Qurais berdebat
tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad, Muhammad dapat menyelesaikan
masalah tersebut dan memberi penyelesaian adil. Saat itu ia dikenal dikalangan
suku-suku Arab karena sifat-sifatnya yang terpuji. Kaumnya sangat mencintainya,
hingga akhirnya ia memperoleh gelar Al-Amin yang artinya ”orang
yang dapat dipercaya”.[3]
Diriwayatkan pula bahwa Muhammad adalah orang yang percaya
sepenuhnya dengan keesaan Tuhan (Tauhid). Ia hidup dengan cara amat sederhana
dan membenci sifat-sifat tamak, angkuh dan sombong yang lazim dikalangan bangsa
Arab saat itu. Ia dikenal menyayangi orang-orang miskin, janda-janda tak mampu
ddan anak yatim serta berbagai penderitaan dengan berusaha menolong mereka. Ia
juga menghindari semua kejahatan yang sudah membudaya di kalangan bangsa Arab
pada masa itu seperti berjudi, meminum-minuman
keras, berkelakuan kasar
dan lain-lain, sehingga dikenal
sebagai As-Saadiq yang berarti “yang benar”.
Pada saat Rasuullah hampir berumur 40 tahun, sesuatu yang paling
disukai adalah mengasingkan diri. Dengan membawa roti dari gandum dan air
beliau pergi ke Gua Hira di Jabal Nur, yang jaraknya kira-kira dua mil dari
Mekah, suatu gua yang tidak terlalu besar, yang panjangnya 4 hasta dan
loebarnya antara ¾ hingga 1 hasta. Selama buulan Ramadhan beliau berada di gua
ini, beliau menghabiskan waktunya untuk beribadah, memikirkan keagungan alam
sekitarnya dan kekuatan tak terhingga di balik alam.
Pilihan beliau untuk mengasingkan diri ini termasuk satu sisi
dari ketentuan Allah atas diri beliau, selagi langkah persiapan untuk menerima
utusan besar sedang ditunggunya. Selagi usia beliau genap 40 tahu, mulai tampak
tanda-tanda nubuwah yang menyembul dari balik kehidupan pada diri beliau. Diantara
tanda-tanda itu adalah mimpi yang hakiki. Selama enam bulan mimpi itu beliau
alami itu hanya menyerupai fajar subuh yang menyingsing. Mimpi itu termasuk
salah satu dari 46 bagian dari nubuwah. Akhirnya pada bulan Ramadhan pada tahun
ketiga pada masa pengasingan di Gua Hira’, Allah berkehendak untuk melimpahkan
rahmat-Nya pada penghuni bumi. Memuliakan beliau dengan nubuwah dan menurunkan
Jibril kepada beliau sambil membawa ayat-ayat Al-Qur’an. Aisyahra menuturkan,
awal permulaan wahyu yang datang kepada Rosululloh SAW ialah berupa mimpi yang
hakiki di dalam tidur beliau, beliau tidak melihat sesuatu di dalam mimpinya
melaikan ada sesuatu yang datang menyerupai fajar subuh. Beliau paling suka
mengasingkan diri, beliaumenyendiri di Gua Hira’ dan beribadah disana pada
malam hari sebelum pulang kekeluarga dan mengambil bekal. Beliau menemui
Khadijah dan mengambil bekal seperti biasanya hingga datang kebenaran tatkala
beliau sedang berada di Gua Hira’. Malaikat mendatangi beliau syara berkata,
“Bacalah!”. Kemudian Beliau menjawab,”Aku tidak bisa membaca”.
Dia (malaikat Jibril) memegangiku dan merangkulku hingga aku
merasa sesak. Kemudian melepasku seraya berkata lagi, “Bacalah!”.
Aku menjawab, “Aku tidak bisa membaca”.
Dia memegangiku dan merangkulku hingga ketiga kalinya hingga aku
merasa sesak, kemudian melepasku.
Rosululloh mengulang bacaan ini dengan hati
yang bergetar, lalu pulang menemui Khadijah binti Khuwailid, seraya bersabda,
“Selimutilah aku, Selimutilah aku!”. Maka beliau diselimuti hingga badan beliau
tidak lagi menggigil layaknya terkena demam.
“Apa yang terjadi padaku?” Beliau bertanya pada Khadijah, maka
ia memberi tahu apa yang baru saja terjadi. Beliau bersabda, “Aku khawatir
terhadap keadaan diriku sendiri”.
Khadijah berkata, “Tidak demi Allah, Allah tidak akan
menghinakan dirimu, karena engkau suka menyambung tali persaudaraan, ikut
membawakan beban orang lain, memberi makan orang miskin, menjamu tamu dan
menolong orang yang menegakkan kebenaran.
Selanjutnya Khodijah membawa beliau pergi menemui Waraqah bin
Naufal bin Asad bin Abdul Uzza, anak paman
Khodijah. Waraqah adalah seorang nasrani dimasa jahiliyah. Khadijah berkata kepada Waraqoh, “Wahai sepupuku
dengarkan kisah dari saudaramu (Rasulullah)”.
Waraqah bertanya kepada beliau, “Apa yang pernah engkau lihat
wahai saudaraku?”, Rasulullah mengabarkan apa saja yang pernah dia lihat,
akhirnya Waraqah berkata, “Ini adalah Namus yang diturunkan Allah kepada Musa,
andaikan saja aku masih muda pada saat itu, andaikan saja aku masih hidup
tatkala kaummu mengusirmu.
“Benarkah mereka akan mengusirku?” Beliau bertanya
“Benar, Tak seorangpun pernah
membawa seperti yang engkau bawa melainkan akan dimusuhi. Andaikan aku masih
hidup pada masamu nanti, tentu aku akan membantumu secara sungguh-sungguh”,
Waraqah meninggal dunia pada saat-saat turun wahyu.
B. Periode Mekah dan Peradaban
Ekonomi yang Dibangun
Pada periode ini Rasulullah memulai dakwah
secara sembunyi-sembunyi, dan dakwah ini berjalan selama tiga tahun. Hal ini
dilakukan mengingat keadaan Rasulullah saw yang masih lemah dan belum memiliki
pengikut, meskipun ia berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang yang
disegani dan dihormati. Nabi Muhammad mulai melaksanakan dakwah islam
dilingkungan keluarga, mula-mula istri beliau sendiri, yaitu Khodijah yang
menerima dakwah beliau, kemudian Ali bin Abi Tholib, Abu Bakar sahabat beliau,
lalu Zaid, bekas budak beliau. Setelah itu banyak yang masuk Islam dengan
perantara Abu Bakar yang terkenal dengan julukan Assabikunal Awwalan
(orang-orang yang lebih dulu masuk Islam), mereka adalah Utsman bin Affan,
Zubairbin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdur Rahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Abu Ubaid bin Jarrah, Al
Arqom bin Abil Arqom, yang rumahnya dijadikan markas untuk berdakwah.[4]
Semakin lama orang-orang dari golongan Quraisy
banyak yang masuk Islam, mereka masuk Islam secara sembunyi-sembunyi karena
Rasulullah berdakwah secara individu dan rahasia.
Langkah yang kedua yang Rasulullah lakukan
adalah berdakwah secara terang-terangan, Rasulullah pun menyeru kepada suku
Quraisy mengenai tauhid dan iman kepada risalah beliau serta iman kepada Hari
Akhirat di atas Bukit Shafa. Lagi-lagi Abu Lahab mencela beliau hingga pada
akhirnya turunlah surat Al Lahab karena peristiwa tersebut. Seruan beliau terus
bergema di seantero Mekah, hingga kemudian turun surat Al-Hijr: 94 yang membuat
beliau semakin bersemangat untuk bangkit dan menyerang berbagai khufarat dan
kebohongan syirik yang sama sekali tak bernilai. Karena hal itu, kaum Quraisy
pun mendatangi paman beliau Abu Thalib, dan meminta agar Abu Thalib
menghentikan semua yang dilakukan Rasulullah, namun sayangnya Abu Thalib
menolak. Begitu Nabi Muhammad tidak menghentikan dakwahnya banyak cara yang
mereka lakukan.
Namun semua yang mereka semua selalu saja
gagal, secara bujuk rayu maupun tindakan-tindakan kekerasan secara fisik.
Sampai mereka berani melawan Al Qur’an. Dan puncak dari segala kekerasan yang
dilakukan aleh kaum Quraisy adalah pemboikotan terhadap Bani Hasyim yang
merupakan tempat Nabi Muhammad berlindung. Pemboikotan ini berlangsung selama 3
tahun, para penduduk Mekah dilarang berinteraksi, dan melakukan jual beli
kepada Bani Hasyim.[5]
Sebelum fathul Mekah keadaan mereka sangat
memprihatinkan karena begitu bencinya kaum kafir Qurais kepada umat Nabi
Muhammad, berbagai cara dilakukannya agar dakwah beliau berhenti, karena
keadaan itu akhirnya para pengikut Nabi Muhammad berhijrah ke Habsyah
(Ethiophia) yang saat itu dipimpin oleh seorang raja yang adil, fathul Mekah
adalah perjanjian damai antara kaum Muslimin Madinah dan kaum Quraisy dan kaum
Qurais di kota Mekah yang ditandatangani pada nota kesepakatan Shuhl Hudaibiyah
pada tahun 6 Hijriyah. Termasuk di dalamnya adal di kota Mekah yang
ditandatangani pada nota kesepakatan Shuhl Hudaibiyah pada tahun 6 Hijriyah.
Termasuk di dalamnya adalah nota perjanjian adalah siapa saja yang boleh
bergabung pada salah satu kubu, baik kubu Nabi Muhammad dan kaum Muslimin
Madinah atau kubu orang kafir Quraisy Mekah.
Akan tetapi kaum musyrikin menjadikan
perjanjian itu sebagai aksi balas dendam terhadap Bani Khuzaah, akibat aksi ini
maka batallah perjanjian hudaibiyah, dan Rasulullah menyerang bani Bakar secara
tiba-tiba. Oleh karena itu kaum Quraisy menyesal atas perbuatan itu dan mereka
mengutus Abu Sofyan menemui Rosul untuk memperbaiki perjanjian itu tapi
hasilnya nihil. Setelah terjadinya fathul Mekah kota Mekah telah sempurna
dikuasai oleh kaum Muslimin dan semua berhala yang ada di sekeliling Ka’bah
telah dihancurkan, dan Nabi melepas semua gambar yang ada di dalam Ka’bah.[6]
Konflik dan tindakan Nabi pada saat itu.
No
|
Konflik/tekanan yang dihadapi
|
Tindakan Nabi Muhammad
|
1.
|
Cara halus yang berbentuk bujukan diplomatik
melalui pamannya
|
Ditolak dengan penuh keyakinan dengan
mengatakan “meskipun matahari diletakkan ditangan kanan saya dan bulan
ditangan kiri saya dan saya disuruh memilih untuk meninggalkan tugas dakwah
ini biar Allah sendiri yang memenangkannya nanti atau saya mati dalam tugas
ini niscahya saya tidak akan suru”
|
2.
|
Cara kasar salah satu
contohnya dengan meletakkan kotoran manusia didepan rumah Nabi atau ketika
beliau sholat seperti yang dilakukan Uqbah dari Bani Syam
|
Selalu tersenyum dan
langsung membersihkan tanpa merasa sakit hati
|
3.
|
Pemboikotan terhadap Bani
Hasyim selama 3 tahun
|
Menghadapi dengan sabar
|
4.
|
Penyiksaan terhadap
pengikut dara kaum lemah seperti bilal
|
Memerintahkan para sahabat
untuk hijrah salah satunya ke Raja Najasi[7]
|
Keadaan masyarakat Islam Mekah
Mekah merupakan kota penting
pada saat itu baik dikarnakan tradisi maupun budayanya. Ajaran Nabi Muhammad
Islam disamping berhadapan dengan agama politisme yang telah mengakar kuat juga
harus melawan oposisi dari pemerintahan oligarki. Hal ini terbukti dengan
banyaknya kesamaan asensi dalam hal ibadah, misalnya dalam hal puasa, dan
sholat. Kesamaan ritual inilah yang menjadi salah satu penyebab ketertarikan
masyarakat Mekah terhadap ajaran Nabi.[8]
Dan setelah hari itu Mekah dikuasai oleh kaum
muslimin perdagangan yang ada disanapun maju, Nabi Muhammad menerapkan sistem
persaudaraan pada perdagangannya dan melarang sistem perdagangan yang merugikan
orang lain.
C. Periode Madinah dan Peradaban
yang Dibangun
Dalam perioda ini,
pengembangan Islam lebih ditekankan pada dasar-dasar pendidikan masyarakat
islam dan pendidikan sosial kemasyarakatan. Oleh karena itu, Nabi Muhammad
meletakkan dasar-dasar masyarakat islam di Madinah, sebagai berikut:
1. Mendirikan masjid
Tujuan Rasulullah adalah untuk mempersatukan
umat islam dalam suatu majelis, sehingga di majelis ini umat islam bisa
bersama-sama melaksanakan shalat jama’ah secara teratur, mengadili
perkara-perkara dan musyawarah. Masjid ini memegang peranan penting
untuk mempersatukan kaum muslimin dan mempererat tali ukhuwah islamiah.
2. Mempersatukan dan
mempersaudarakan antara kaum anshar dan muhajirin.
Rasulullah mempersatukan keluarga-kelRasulullah
mempersatukan keluarga-keluarga islam yang terdiri dari muhajirin dan anshar .
3. Perjanjian salinng membantu
antara sesama kaum muslimin dan bukan kaum muslimin.
Nabi muhammad hendak menciptakan toleransi
antar golongan yang ada dimadinah, oleh kamu itu nabi membuat perjanjian antara
kaum muslimin dan kaum non muslimin.
4. Meletakan dasar-dasar
politik, ekonomi, dan sosial untuk
masyarakat baru.
D. Peperangan Rasulullah
a) Perang badar
Perang badar adalah salah satu perang pertama
yang dilakukan oleh kaum muslimin, orang-orang muslim mulai melakukan dengan
kegiatan militer
b) Perang uhud
Setelah perang badar ada lagi perang yang
tejadi dimasa itu yaitu perang uhud, banyak strategi yang Rasul sampaikan
kepada pasukannya. Rasulullah menugaskan kepada pada para pemanah menempati
posisi di atas bukit sebelah selatan Wadi Qanat, pada pasukan ini dipimpin oleh
Abdullah Bin Jubair ,An-Nu’aman , AL-Assari,al-Ausi. Nabi bersabda kepada para
pemanah.” Lindungilah kami dengan anak panah agar musuh tidak menyerang kami
dari arah belakang.
c) Perang Ahzab atau khandaaq
Pada
peperangan ini rasulullah membuat strategi dengan menyuruh setiap
sepuluh orang laki-laki diberi tugas untuk menggali parit sepanjang 40 hasta.
Perang khadaaq terjadi pada tanggal 5 H pada
bulan syawwal. Orang-orang syirik mengepung rasulullah dan orang-orang muslim
selang waktu satu bulan penuh atau mendekati.
[1] Badri
Yatim. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali pers, 2010), hal. 17
Novia Syarifa’amala dan Ismiyanti Nurjanah
[2] Ibid.,
hal. 18
[3] Ibid.,
hal. 19
[4]
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban, (Jakarta: bumi Aksara, 2010), hal.
65. Sulastri dan Dwi Hapsari
[5] Ibid.,
hal. 66
[6] Ibid.,
hal. 67
[7] Istianah
Abubakar, sejarah peradaban islam, (Malang: Malang pers, 2008), hal. 16
[8] Ibid,
hal. 14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar